Ilmuwan Buat Deteksi Kebohongan di Twitter


 
Para ilmuwan di seluruh Eropa tengah mengembangkan detektor kebohongan yang akan dipasangkan di media sosial Twitter. Sistem bernama Pheme ini akan menggeledah kicauan pengguna Twitter untuk mengetahui laporan mana yang palsu dan mana yang benar, khususnya untuk keperluan darurat atau bencana alam. 

Kalina Bontcheva, ilmuwan dari departemen teknik di University of Sheffield, Inggris, menjelaskan bahwa sistem ini akan menguji informasi dan membaginya menjadi empat kategori seperti spekulasi, kontrovesi, misinformation atau informasi yang salah tapi tersebar, dan disinformasi atau pernyataan palsu yang dibagikan dengan motif tertentu. 

"Orang-orang mudah sekali percaya pada informasi di internet. Dalam situasi kritis, mereka sebenarnya memerlukan informasi yang bisa dipercaya yang bisa membantu diri sendiri atau orang lain," kata Kalina seperti dilansir situs The Telegraph, Rabu, 19 Februari 2014.

Pheme akan bekerja dengan menilai kualitas informasi dan sumber, memberikan bobot berita pada ahli, dan mencari mana yang spam dan palsu. Pheme juga akan melacak latar belakang, sejarah, dan tweet yang mereka bagi oleh akunTwitter tersebut untuk mengetahui aktivitas sebelumnya.

Program hasil kerja sama anatara lima universitas di Eropa, seperti Universitas Sheffield, Warwick, King’s College London, Saarland in Germany dan MODUL University Vienna, ini akan siap dalam waktu 18 bulan dari sekarang. Dengan biaya sekitar  £ 3,5 juta, atau sekitar Rp 69 miliar, Pheme diharapkan akan membuat Twiiter menjadi sumber informasi yang juga bisa dipercaya karena aktivitas penggunanya yang cukup tinggi. 

Sumber : Tempo.co

Comments